16 Februari 2010

OTW-> On The Way

Uwaahh…finally we left our blue school. Yeiyeiyy…!!! ><
It will be my best trip.

“Ayo semuanyaaa!!!” Wawan berdiri didepan dengan gitar mininya siap memmberi aba-aba, “Satu, Dua. Tiga! Disini senang, disana senang, dimana-mana hatiku senang..”

Wawan nyanyi dengan super PeDe diiringi gitar mininya dan suara amat-sangat-merdu-nya. Persis kayak orang lagi ngamen! Dan menurut aku, dari semua penampilannya –costume, music, voice & performance- yang paling bagus cuman topi yang bertengger dikepalanya. Dan lainnya… ehm,,, aku harus bilang ‘maaf, anda belum beruntung’. Pasti kamu udah bisa bayangin kan apa reaksi para ‘penghuni’ bus kita…

“Woooiii,,, turuuuun!!! Turuuunnn!!!”

“Baaah,,, ngapaain sih Lo?”

“Dieeemmm,,,,!!!!”

“Mo ngerusak kuping gue ya?”

Yah, pastinya serangkaian protes yang dibalut dengan kulit kacang crispy renyah kemudian digoreng dengan sorakan ‘Huuuu…!!!’ dari seantero penduduk bumi.

“iye, iye, ngaku aja kalo elo pada iri sama gue kan?” Wawan yang udah terlahir dengan sifat cuek-bebek  dan narsis abis sih tetep aja ngeyel. Untung ada Alex si pawang Wawan yang berhasil nenangin dia, kalo enggak, aku yakin dia udah dimangsa sama ‘harimau-harimau’ kelaparan.

And finally,,, bus kembali rame, namun lebih baik karna si Wawan udah berhasil dikendalikan. Aku tengok kanan-kiri. Ada yang dengerin i-pod, maen hape, ngobrol, baca komik, tidur, dan… eh? Chika kok diem aja? Biasanya kan dia yang paling heboh. Apa jangan-jangan sakit?

“Chik, kenapa, kok diem aja?”

“Eh? Enggak kok, cuman dikit pusing.”

“Kamu sakit ya?”

Chika diem. Aku coba periksa keningnya. Enggak panas. Aku pegang tangannya. Dingin…

“Chik?” She still said nothing. Oh God, Now, I’m totally scared.

“Chika? Please,,, say something!”

“I’m okay Ra, don’t worry…” dia tersenyum, mencoba tuk yakinkanku.

“Yakin nih?”

“Hundred percent!” Chika mengedipkan sebelah matanya, memberi isyarat I’m-okay-Ra.  Aku mengangkat sebelah alis mataku. Chika tersenyum simpul, “Just need sleep for a while.”

“Oh~ Okay.”

Aku membiarkannya tidur. Sepi, gak ada temen ngobrol. Untung aja aku bawa novel, so, aku baca-baca sambil dengerin i-pod kesayangan aku. Lumyan lah, daripada bengong kagak jelas.

Sepuluh-duapuluh menit, everything is ok.

Tiga puluh menit berikutnya aku mulai jenuh. Ternyata baca sambil naek bus naik-turun gunung gak asyik. Akhirnya akau putusin buat lihat pemandangan diluar, hal yang paling aneh buat Chika, tapi emang asyik buat aku.

“Ngapain liat keluar jendela? Kurang kerjan banget deh!” kata Chika waktu kita jalan-jalan ke kota JJ semester lalu.

“Yee… biarin! Kan lumayan bisa tau tempat-tempat yang belum pernah aku lihat, biar enggak kuper gitu…” kataku membela diri.

“Jiaahh,,, dasar kao! Aneh!”

Ya, dia selalu comment soal kebiasaanku yang dia kata ‘aneh’. Dan aku selalu punya argumentasi soal kebiasaan dan pendirianku.

Balik ke jalan. Ini benar-benar keren! Aku disuguhin pemandangan super keren dan udara super fresh. Tebing-tebing, lereng, kebun the, dan… Oops! Gak sengaja mataku menangkap sesosok manusia berjaket hitam lagi berhenti dipinggir jalan, bareng motor dan kawan-kawannya. Tampangnya rada imut dan sedikit preman, muka arab gitu, aku enggak bisa jelasin lebih spesifik karna aku enggak lihat dia dengan jelas. Yang jelas mata kami saling beradu untuk beberapa saat. Swear! Ini bener-bener enggak sengaja! Aku bener-bener enggak sengaja liat cowo arab itu. Sekali lagi, secara gak sadar, aku noleh kearahnya yang masih mematung ditepi jalan ngeliatin bus aku yang mulai menjauh.
         
.:~♥~:.

It’s cause of him

Pelan-pelan kubuka mataku, ragu-ragu kucoba melihat objek yang telah kutabtak -atau menabrakku- . Dari style pakaiannya sih, murid juga. Fyuuh…jadi lumayan lega. Tappiii,,, siapa ya? Loh, kok aku jadi dag-dig-dug.
Siapa sih? Eh, pake topi, mukanya enggak kelihatan. Siapa sih? Eh, noleh..

“UKYAAAA…!!!!! SETAAAANNNN…!!!”

“Setan, setan, elo tu yang setan! “ dia memukul kepalaku “makanya melek dong!”

“Eh,,, Gilang, maaf ya?”

“Maaf, maaf. Enak banget elo minta maaf.”

“Aku kan enggak sengaja,,,”

“Makanya dong, kalo jalan pake mata, melek! “

“Udah dong Lang, Tara kan udah minta maaf” Chika datang membela. Oh, Thank God, thanks Chika,,

“Tapi Ka..”

“Udah, pergi yuk Ra,” Chika menarikku pergi.

Kami diam beberapa saat, berjalan beriringan menuju taman belakang. Wajah Chika tak secerah pagi yang hangat. Tiba-tiba mukanya suram, apa karna Gilang?

“Kamu kenapa Ka?”

“Eh? Enggak knpa-knapa kok..” Chgika tersenyum, maksa.

“Udah lah, crita aja, knapa, ga usah pake senyum enggak ikhlas kaya gitu, maksa banget, gak enak lagi.”

“Kamu nih!” Chika mencubit lenganku.

Aku nyengir. Chika tiba-tiba berubah 360 derajat. Dia memainkan jari-jarinya, matanya menatap langit, seakan menonton film masa lalunya. Aku diam. Kami diam beberapa waktu, tak berkata apa-apa, sibuk dengan pikiran kami masing-masing.

“Kamu,,kenal Gilang?” Chika mulai memecah sunyi.

“Gilang? Bocah yang tadi?”

“Iya, kamu kenal?”

“Enggg… enggak juga sih, cuman tau nama ama kelasnya, kita satu tim di jurnalis..”

“Ohh…”

“Emang kenapa?”

“Enggak, cuman nanya aja.”

“Tapi kayaknya enggak gitu deh. Dia,,, Gilang itu siapa kamu? Kamu kenal kan?”

“Yah, temen SMP aku.”

“Wah,,, berarti kamu kenal dong.”

“Gitu deh…”

“Gilang nyebelin banget ya?”

“Nyebelin gimana Ra?”

“Yaa,,, gitu. Sok cakep, sok keren, sok cool, pokoknya nyebelin deh!”

“Masa sih? Emang iya ya? Kayaknya enggak juga deh. Kamu belum kenal aja siapa Gilang.”

“Emang sih,,, tapi ga kenal juga nggak masalah, aku males kenal sama orang aneh kaya dia. Heran deh, kok ada ya cewe yang suka sama dia? Heran deh!”

“Ahahaha… kamu lucu Ra!”

“kenapa?”

“kayaknya benci banget sama dia, awas loh, ntar bisa-bisa benci jadi cinta.”

“WHAT?! NO WAY ! THAT’S IMPOSSIBLE!!!”

“Anything possible Ra!”

Aku cemberut, ngambek, persis kaya anak kecil. Chika menarikku, “Udah, gak usah ngambek, ayo jalan, bentar lagi busnya mau berangkat.” Aku mengangguk. Akhirnya tanpa ba-bi-bu aku ngebuntut dibelakang Chika. Diam. It’s-cause-of-him.


.:~♥~:.

et School

“Hoaaaammm…” aku menguap berkali-kali, maklum, ngantuk euy! Subuh-subuh udah musti kumpul disekolah, mana rumah aku lumayan jauh lagi.

“PAGI RAAAA…!!!!! ”

Aku sedikit melompat karma terkejut dengan tepukan “cukup” keras dibahuku. Siapa sih pagi-pagi begini ngagetin orang? Mo ngajakin berantem apa? Aku menoleh ke yang empunya suara. Chika! Ya, ya, ya, siapa lagi kalo bukan dia. Chika Sagita, penghuni SMU AA yang hobi banget ngagetin orang. Langsung aja aku tampilin ekspresi paling serem, eh, malah cengar-cengir dia!

“Kenapa Chik?” sambutku dengan senyuman yang ME-NU-SUK.

“Eeehh… enggak,,, enggak,,, kok…” Chika salah tingkah.

“Enggak kenapa?” aku berjalan mendekatinya, satu-dua langkah dan kakinya mundur satu-satu. Chika mencoba tuk kabur, tapi tanganku telah beraksi dan Hap! Kudapatkan tasnya.

“Ehehe,,,” Chika cengengesan. Bikin tambah gemes orang aja nih anak!

“Nahh..mau apa sekarang, heh?”

“Mau…mau…mau KABUUURRR!!!!!!” Chika langsung ngeluarin jurus KABUR NO JUTSU andalannya.

“Heeehh,,,, mau kmana Ka?” langsung kubalas jurusnya dengan CUBIT NO JUTSU-ku, tentunya setelah kutangkap dia. Kalian tahu kan, kami lagi kejar-kejaran persis anak kecil. Tiba-tiba…

BRUUKKK!!!
Aww… lenganku sakit, sepert inya tubuhku menabrak sesuatu, umm… kayaknya manuusia deh, siapa? Siapa? Apa jangan-jangan guru?! Mampus gue!

.:~~:.

16 Februari 2010

OTW-> On The Way

Uwaahh…finally we left our blue school. Yeiyeiyy…!!! ><
It will be my best trip.

“Ayo semuanyaaa!!!” Wawan berdiri didepan dengan gitar mininya siap memmberi aba-aba, “Satu, Dua. Tiga! Disini senang, disana senang, dimana-mana hatiku senang..”

Wawan nyanyi dengan super PeDe diiringi gitar mininya dan suara amat-sangat-merdu-nya. Persis kayak orang lagi ngamen! Dan menurut aku, dari semua penampilannya –costume, music, voice & performance- yang paling bagus cuman topi yang bertengger dikepalanya. Dan lainnya… ehm,,, aku harus bilang ‘maaf, anda belum beruntung’. Pasti kamu udah bisa bayangin kan apa reaksi para ‘penghuni’ bus kita…

“Woooiii,,, turuuuun!!! Turuuunnn!!!”

“Baaah,,, ngapaain sih Lo?”

“Dieeemmm,,,,!!!!”

“Mo ngerusak kuping gue ya?”

Yah, pastinya serangkaian protes yang dibalut dengan kulit kacang crispy renyah kemudian digoreng dengan sorakan ‘Huuuu…!!!’ dari seantero penduduk bumi.

“iye, iye, ngaku aja kalo elo pada iri sama gue kan?” Wawan yang udah terlahir dengan sifat cuek-bebek  dan narsis abis sih tetep aja ngeyel. Untung ada Alex si pawang Wawan yang berhasil nenangin dia, kalo enggak, aku yakin dia udah dimangsa sama ‘harimau-harimau’ kelaparan.

And finally,,, bus kembali rame, namun lebih baik karna si Wawan udah berhasil dikendalikan. Aku tengok kanan-kiri. Ada yang dengerin i-pod, maen hape, ngobrol, baca komik, tidur, dan… eh? Chika kok diem aja? Biasanya kan dia yang paling heboh. Apa jangan-jangan sakit?

“Chik, kenapa, kok diem aja?”

“Eh? Enggak kok, cuman dikit pusing.”

“Kamu sakit ya?”

Chika diem. Aku coba periksa keningnya. Enggak panas. Aku pegang tangannya. Dingin…

“Chik?” She still said nothing. Oh God, Now, I’m totally scared.

“Chika? Please,,, say something!”

“I’m okay Ra, don’t worry…” dia tersenyum, mencoba tuk yakinkanku.

“Yakin nih?”

“Hundred percent!” Chika mengedipkan sebelah matanya, memberi isyarat I’m-okay-Ra.  Aku mengangkat sebelah alis mataku. Chika tersenyum simpul, “Just need sleep for a while.”

“Oh~ Okay.”

Aku membiarkannya tidur. Sepi, gak ada temen ngobrol. Untung aja aku bawa novel, so, aku baca-baca sambil dengerin i-pod kesayangan aku. Lumyan lah, daripada bengong kagak jelas.

Sepuluh-duapuluh menit, everything is ok.

Tiga puluh menit berikutnya aku mulai jenuh. Ternyata baca sambil naek bus naik-turun gunung gak asyik. Akhirnya akau putusin buat lihat pemandangan diluar, hal yang paling aneh buat Chika, tapi emang asyik buat aku.

“Ngapain liat keluar jendela? Kurang kerjan banget deh!” kata Chika waktu kita jalan-jalan ke kota JJ semester lalu.

“Yee… biarin! Kan lumayan bisa tau tempat-tempat yang belum pernah aku lihat, biar enggak kuper gitu…” kataku membela diri.

“Jiaahh,,, dasar kao! Aneh!”

Ya, dia selalu comment soal kebiasaanku yang dia kata ‘aneh’. Dan aku selalu punya argumentasi soal kebiasaan dan pendirianku.

Balik ke jalan. Ini benar-benar keren! Aku disuguhin pemandangan super keren dan udara super fresh. Tebing-tebing, lereng, kebun the, dan… Oops! Gak sengaja mataku menangkap sesosok manusia berjaket hitam lagi berhenti dipinggir jalan, bareng motor dan kawan-kawannya. Tampangnya rada imut dan sedikit preman, muka arab gitu, aku enggak bisa jelasin lebih spesifik karna aku enggak lihat dia dengan jelas. Yang jelas mata kami saling beradu untuk beberapa saat. Swear! Ini bener-bener enggak sengaja! Aku bener-bener enggak sengaja liat cowo arab itu. Sekali lagi, secara gak sadar, aku noleh kearahnya yang masih mematung ditepi jalan ngeliatin bus aku yang mulai menjauh.
         
.:~♥~:.

It’s cause of him

Pelan-pelan kubuka mataku, ragu-ragu kucoba melihat objek yang telah kutabtak -atau menabrakku- . Dari style pakaiannya sih, murid juga. Fyuuh…jadi lumayan lega. Tappiii,,, siapa ya? Loh, kok aku jadi dag-dig-dug.
Siapa sih? Eh, pake topi, mukanya enggak kelihatan. Siapa sih? Eh, noleh..

“UKYAAAA…!!!!! SETAAAANNNN…!!!”

“Setan, setan, elo tu yang setan! “ dia memukul kepalaku “makanya melek dong!”

“Eh,,, Gilang, maaf ya?”

“Maaf, maaf. Enak banget elo minta maaf.”

“Aku kan enggak sengaja,,,”

“Makanya dong, kalo jalan pake mata, melek! “

“Udah dong Lang, Tara kan udah minta maaf” Chika datang membela. Oh, Thank God, thanks Chika,,

“Tapi Ka..”

“Udah, pergi yuk Ra,” Chika menarikku pergi.

Kami diam beberapa saat, berjalan beriringan menuju taman belakang. Wajah Chika tak secerah pagi yang hangat. Tiba-tiba mukanya suram, apa karna Gilang?

“Kamu kenapa Ka?”

“Eh? Enggak knpa-knapa kok..” Chgika tersenyum, maksa.

“Udah lah, crita aja, knapa, ga usah pake senyum enggak ikhlas kaya gitu, maksa banget, gak enak lagi.”

“Kamu nih!” Chika mencubit lenganku.

Aku nyengir. Chika tiba-tiba berubah 360 derajat. Dia memainkan jari-jarinya, matanya menatap langit, seakan menonton film masa lalunya. Aku diam. Kami diam beberapa waktu, tak berkata apa-apa, sibuk dengan pikiran kami masing-masing.

“Kamu,,kenal Gilang?” Chika mulai memecah sunyi.

“Gilang? Bocah yang tadi?”

“Iya, kamu kenal?”

“Enggg… enggak juga sih, cuman tau nama ama kelasnya, kita satu tim di jurnalis..”

“Ohh…”

“Emang kenapa?”

“Enggak, cuman nanya aja.”

“Tapi kayaknya enggak gitu deh. Dia,,, Gilang itu siapa kamu? Kamu kenal kan?”

“Yah, temen SMP aku.”

“Wah,,, berarti kamu kenal dong.”

“Gitu deh…”

“Gilang nyebelin banget ya?”

“Nyebelin gimana Ra?”

“Yaa,,, gitu. Sok cakep, sok keren, sok cool, pokoknya nyebelin deh!”

“Masa sih? Emang iya ya? Kayaknya enggak juga deh. Kamu belum kenal aja siapa Gilang.”

“Emang sih,,, tapi ga kenal juga nggak masalah, aku males kenal sama orang aneh kaya dia. Heran deh, kok ada ya cewe yang suka sama dia? Heran deh!”

“Ahahaha… kamu lucu Ra!”

“kenapa?”

“kayaknya benci banget sama dia, awas loh, ntar bisa-bisa benci jadi cinta.”

“WHAT?! NO WAY ! THAT’S IMPOSSIBLE!!!”

“Anything possible Ra!”

Aku cemberut, ngambek, persis kaya anak kecil. Chika menarikku, “Udah, gak usah ngambek, ayo jalan, bentar lagi busnya mau berangkat.” Aku mengangguk. Akhirnya tanpa ba-bi-bu aku ngebuntut dibelakang Chika. Diam. It’s-cause-of-him.


.:~♥~:.

et School

“Hoaaaammm…” aku menguap berkali-kali, maklum, ngantuk euy! Subuh-subuh udah musti kumpul disekolah, mana rumah aku lumayan jauh lagi.

“PAGI RAAAA…!!!!! ”

Aku sedikit melompat karma terkejut dengan tepukan “cukup” keras dibahuku. Siapa sih pagi-pagi begini ngagetin orang? Mo ngajakin berantem apa? Aku menoleh ke yang empunya suara. Chika! Ya, ya, ya, siapa lagi kalo bukan dia. Chika Sagita, penghuni SMU AA yang hobi banget ngagetin orang. Langsung aja aku tampilin ekspresi paling serem, eh, malah cengar-cengir dia!

“Kenapa Chik?” sambutku dengan senyuman yang ME-NU-SUK.

“Eeehh… enggak,,, enggak,,, kok…” Chika salah tingkah.

“Enggak kenapa?” aku berjalan mendekatinya, satu-dua langkah dan kakinya mundur satu-satu. Chika mencoba tuk kabur, tapi tanganku telah beraksi dan Hap! Kudapatkan tasnya.

“Ehehe,,,” Chika cengengesan. Bikin tambah gemes orang aja nih anak!

“Nahh..mau apa sekarang, heh?”

“Mau…mau…mau KABUUURRR!!!!!!” Chika langsung ngeluarin jurus KABUR NO JUTSU andalannya.

“Heeehh,,,, mau kmana Ka?” langsung kubalas jurusnya dengan CUBIT NO JUTSU-ku, tentunya setelah kutangkap dia. Kalian tahu kan, kami lagi kejar-kejaran persis anak kecil. Tiba-tiba…

BRUUKKK!!!
Aww… lenganku sakit, sepert inya tubuhku menabrak sesuatu, umm… kayaknya manuusia deh, siapa? Siapa? Apa jangan-jangan guru?! Mampus gue!

.:~~:.